Pemanfaatan dana desa (DD), dinilai telah mampu membangkitkan semangat maupun inisiatif gotong royong. Khususnya, dalam menyelesaikan persoalan desa.
Seperti yang dialami dua desa kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS), Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, yakni Desa Ngadas dan Desa Jetak.
"Belajar dari Ngadas, kami mencoba mempelajari bagaimana suatu desa mempertahankan nilai gotong royong menjadi semangat untuk menyelesaikan persoalan publik," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Anwar Sanusi, Selasa (28/11).
Kedua desa tersebut dapat menjadi role model atau percontohan penggunaan DD bagi desa lainnya. Teknisnya, Desa Ngadas telah memberikan manfaat bagi masyarakat desa, dengan memfasilitasi jaringan air bersih ke rumah-rumah warga.
"Misalnya, Desa Ngadas dengan suplai air. Mereka berinisiatif untuk menyelesaikan problematika keadaan yang dihadapi. Mereka bergotong royong untuk bagaimana mencari sumber air," terang Anwar.
Sementara itu, di Desa Jetak realisasi DD digunakan untuk pembangunan infrastruktir berupa jalan yang digunakan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.
"Kemudian di Jetak, bagaimana mereka bersama-sama untuk bisa berinisiatif memperbaiki infrastruktur (jalan desa) di desanya," sambung Anwar.
Menurutnya, pemanfaatan DD bukan hanya harus dikelola dengan baik. Tetapi, setiap desa juga harus terus mempertahankan semangat kebersamaan dalam membangun daerahnya.
Sesuai dengan program pemerintah agar seluruh proyek di desa bisa dikerjakan swakelola oleh masyarakat. Sehingga, manfaat pembangunan memang berasal dari desa, oleh desa, dan untuk desa.
"Nilai kebersamaan dan gotong royong dijaga, pelihara dan ditumbuhkan jangan sampai tergerus materialisme," imbaunya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Pemeritah Kabupaten Probolinggo tahun 2017, anggaran DD bagi 325 desa di Kabupaten Probolinggo dialokasikan sebesar Rp 271.486.142.000.
Untuk tahap I, telah dicairkan DD sebesar Rp 162.891.685.200 atau 60 persen. Sisanya sebesar 40 persen dicairkan untuk tahap II sebesar Rp 108.594.456.800. [san]
"Belajar dari Ngadas, kami mencoba mempelajari bagaimana suatu desa mempertahankan nilai gotong royong menjadi semangat untuk menyelesaikan persoalan publik," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Anwar Sanusi, Selasa (28/11).
Kedua desa tersebut dapat menjadi role model atau percontohan penggunaan DD bagi desa lainnya. Teknisnya, Desa Ngadas telah memberikan manfaat bagi masyarakat desa, dengan memfasilitasi jaringan air bersih ke rumah-rumah warga.
"Misalnya, Desa Ngadas dengan suplai air. Mereka berinisiatif untuk menyelesaikan problematika keadaan yang dihadapi. Mereka bergotong royong untuk bagaimana mencari sumber air," terang Anwar.
Sementara itu, di Desa Jetak realisasi DD digunakan untuk pembangunan infrastruktir berupa jalan yang digunakan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.
"Kemudian di Jetak, bagaimana mereka bersama-sama untuk bisa berinisiatif memperbaiki infrastruktur (jalan desa) di desanya," sambung Anwar.
Menurutnya, pemanfaatan DD bukan hanya harus dikelola dengan baik. Tetapi, setiap desa juga harus terus mempertahankan semangat kebersamaan dalam membangun daerahnya.
Sesuai dengan program pemerintah agar seluruh proyek di desa bisa dikerjakan swakelola oleh masyarakat. Sehingga, manfaat pembangunan memang berasal dari desa, oleh desa, dan untuk desa.
"Nilai kebersamaan dan gotong royong dijaga, pelihara dan ditumbuhkan jangan sampai tergerus materialisme," imbaunya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Pemeritah Kabupaten Probolinggo tahun 2017, anggaran DD bagi 325 desa di Kabupaten Probolinggo dialokasikan sebesar Rp 271.486.142.000.
Untuk tahap I, telah dicairkan DD sebesar Rp 162.891.685.200 atau 60 persen. Sisanya sebesar 40 persen dicairkan untuk tahap II sebesar Rp 108.594.456.800. [san]